BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Konflik
berarti adanya oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang,
kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi. Mengingat adanya berbagai macam
perkembangan dan perubahan dalam bidang manajemen, maka adalah rasional untuk
menduga akan timbulnya perbedaan perbedaan pendapat, keyakinan-keyakinan serta
ide-ide.
Setiap
organisasi dimana manusia berinteraksi mempunyai kemungkinan terjadi konflik.
Institusi kesehatan mempunyai banyak kelompok-kelompok yang berinteraksi, staf
dengan staf, staf dengan pasien, staf dengan keluarga dan pengunjung, staf
dengan dokter dan sebagainya. Interaksi-interaksi ini sering menimbulkan
konflik.
Konflik
berhubungan dengan perasaan-perasaan termasuk perasaan diabaikan, dipandang
sebagai mana adanya, diperlakukan seperti budak, tidak dihargai. Hal ini
berhubungan dengan kurangnya harga diri dan tidak di anggap berharga.
Perasaan-perasaan individu menimbulkan suatu titik kemarahan. Hal ini
mengakibatkan perilaku bermaksud jahat seperti berfikir, berdebat, atau
berkelahi.
Individu
dapat membiarkan perasaan dan perilakunya dalam bekerja. Penurunan
produktifitas, kadang-kadang dengan maksud tertentu, dan sengaja dibuat
kesalahan-kesalahan.
Di
samping itu perlu diingat bahwa orang-orang bekerja sama erat satu sama lain
dan khususnya dalam rangka upaya mengejar sasaran-sasaran umum, maka cukup
beralasan untuk mengasumsi bahwa dengan berlangsungnya waktu yang cukup lama,
pasti akan timbul perbedaan-perbedaan pendapat antara meraka. mengingat bahwa
konflik tidak dapat dihindari, maka approach
yang baik untuk diterapkan adalah pendekatan mencoba memanfaatkan konflik
demikian rupa, hingga ia tetap serta efektif untuk sasaran-sasaran yang di
inginkan. Pendekatan konflik sebagai bagian normal dari perilaku dapat di
manfaatkan sebagai alat untuk mempromosikan dan mencapai perubahan-perubahan
yang di kehendaki.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Apa Definisi Konflik?
1.2.2
Bagaimana Sejarah Terjadinya manajemen konflik?
1.2.3
Apa Kategori Konflik?
1.2.4
Apa Penyebab dari Konflik?
1.2.5
Bagaimana Proses Terjadinya Konflik?
1.2.6
Bagaimana Penyelesaian Konflik?
1.2.7
Bagaimana Hasil dari Manajemen Konflik?
1.3
Tujuan Penulisan
1.3.1
Untuk Mengetahui Definisi Konflik
1.3.2
Untuk Mengetahui Bagaimana Sejarah Trjadinya Manajemen Konflik
1.3.3
Untuk Mengetahui Kategori Konfllik
1.3.4
Untuk Mengetahui Penyebab dari Konflik
1.3.5
Untuk Mengetahui Proses Terjadinya Konflik
1.3.6
Untuk Mengetahui Bagaimana Penyelesaian Konflik
1.3.7
Untuk Mengetahui Hasil dari Manajemen Konflik
1.4
Manfaat Penulisan
1.4.1
Bagi Penulis
Sebagai
pedoman dan panduan mahasiswa dalam memahami arti penting dari Manajemen
konflik.
1.4.2
Bagi Dosen
Penulisan makalah ini dapat menjadi
tolak ukur pemahaman mahasiswa terhadap Manajemen konflik.
1.4.3
Bagi Pembaca
Meningkatkan
kesadaran pembaca terhadap pentingnya Manajemen konflik.
1.5
Metode Penulisan
Adapun
metode penulisan yang penulis lakukan adalah :
1.5.1
Tinjauan Pustaka
Mempelajari
dari buku dan internet.
1.5.2
Pengumpulan Data
Mengumpulkan
data-data yang terkait dengan manajemen konflik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Konflik
Konflik
adalah masalah internal dan eksternal yang terjadi sebagai akibat dari
perbedaan pendapat, nilai-nilai, atau keyakinan dari dua orang atau lebih.
(Marquis & Huston 1998).
Konflik
dapat di kategorikan sebagai suatu kejadian atau proses. Sebagai suatu
kejadian, konflik terjadi dari suatu ketidak setujuan antara dua orang atau
organisasi dimana seseorang tersebut menerima sesuatu yang akan mengancam
kepentingannya. Sebagai proses, konflik di manifestasikan sebagai suatu
rangkaian tindakan yang dilakukan oleh dua orang atau kelompok berusaha
menghalangi atau mencegah kepuasan diri seseorang.
Konflik
adalah suatu hal yang penting dan secara aktif mengajak organisasi untuk
terjadinya suatu konflik yang berarti juga sebagai pertumbuhan produksi. Teori
ini menekankan bahwa konflik dapat berakibat pertumbuhan produksi dan
kehancuran organisasi, tergantung bagaimana manajer mengolahnya. Karena konflik adalah suatu yang
tidak dapat dihindarkan dalam suatu organisasi, maka manajer harus mengolahnya
dengan baik.
2.2
Sejarah Terjadinya Manajemen Konflik
Sejarah
terjadinya suatu konflik di suatu organisasi dimulai seratus tahun yang lalu,
dimana konflik adalah suatu kejadian yang alamiah dan peristiwa yang pasti
terjadi di organisasi. Pada awal abad ke-20, konflik diindikasikan sebagai
suatu kelemahan manajemen disuatu organisasi dan harus dihindarkan.
Keharmonisan
suatu organisasi sangat diharapkan, tetapi konflik selalu akan merusaknya.
Sewaktu konflik mulai terjadi pada suatu organisasi, meskipun dihindari dan
ditolak, maka harus diselesaikan secepatnya. Konflik sebenarnya dapat
dihindari, kalo staf diarahkan terhadap suatu tujuan yang jelas dalam melaksanakan
tugasnya dan ketidakpuasan staf harus diekspresikan secara langung supaya
masalah tidak menumpuk dan bertambah banyak.
Pada
pertengahan abad ke-19, sewaktu ketidak puasan staf dan umpan balik dari atasan
tidak ada, maka konflik diterima secara pasif dan sebagai suatu kejadian yang
normal dalam organisasi. Oleh karena itu sebagai manajer harus belajar tentang
bagaimana menyelesaikan konflik tersebut dari pada berusaha menghindarinya.
Meskipun konflik dalam organisasi sebagai suatu unsur penghambat staf dalam
melaksanakan tugasnya, tetapi diakui bahwa konflik dan kerjasama dapat terjadi
secara bersamaan.
2.3 Kategori Konflik
Konflik
dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
1.
Intrapersonal
Konflik yang terjadi pada individu
sendiri. Keadaan ini merupakan masalah internal untuk mengklarifikasikan nilai
dan keinginan dari konflik yang terjadi. Hal ini sering di manifestasikan
sebagai akibat dari kompetisi peran. Misalnya, manajer mungkin merasa konflik
intrapersonal dengan loyalitas terhadap profesi keperawatan, loyalitas terhadap
pekerjaan dan loyalitas kepada pasien.
2.
Interpersonal
Konflik yang terjadi antar dua orang
atau lebih dimana nilai, tujuan dan keyakinan berbeda. Konflik ini sering
terjadi karena seseorang secara konstan berinteraksi dengan orang lain sehingga
ditemukan perbedaan-perbedaan. Manajer sering mengalami konfik dengan teman
sesama manajer, atasan dan bawahannya.
3.
Intergroup ( Antar Kelompok )
Konflik terjadi antara dua atau lebih
dari kelompok orang, departemen atau organisasi. Sumber jenis konflik ini
adalah hambatan dalam mencapai kekuasaan dan otoritas ( kualitas jasa layanan
), keterbatasan prasarana.
Konflik
yang terjadi pada suatu organisasi merefleksikan konflik intrapersonal, interpersonal
dan antar kelompok. Tapi dalam organisasi konflik dipandang sebagai konflik
secara vertikal dan horizontal (Marquis & Huston, 1998). Konflik vertikal
terjadi atasan dan bawahan. Konflik horizontal terjadi antara staf dengan
kedudukan atau posisi yang sama. Misalnya konflik horizontal ini meliputi
wewenang, keahlian dan praktik.
2.4
Penyebab Konflik
2.4.1 perilaku menetang
Perilaku menetang dapat menimbulkan
konflik. Yang menghasilkan perasaan bersalah pada seseorang dimana perilaku ini
di tunjukan. Manajer perawat harus menentukan perilaku bahwa seseorang yang
memperlihatkan perilaku menentang dapat menimbulkan konflik. Menentang adalah
ancaman pada suatu dialog yang rasional.
Seorang penentang menentang kewenangan manajer
perawat melalui perilaku kenakalan dan perilaku yang keras, perilaku ini
mungkin berlaku verbal dan non verbal.
Murfhy menggambarkan tiga versi
penentang. Pertama adalah Competitive
Bomber yang mudah menolak untuk bekerja. Orang ini sering menggerutu dengan
bergumam yang dapat diterjemahkan sebagai “urus aja sendiri”. Mereka dengan
wajah cemberut pergi meninggalkan manajer perawat atau tidak masuk kerja.
Penentang kompetitif ini dapat merusak secara agresif berupa serangan yang
sengaja. Mereka berkomentar tentang kondisi kerja yang tidak adil dan kacau,
manipulasi dan jadwal kerja yang jelek. Perilaku-perilaku ini dilakukan
untuk memancing respons manajerial.
Apabila mereka mendapatkan suatu respon , mereka merajuk dan memaksa untuk
mendapatkan dukungan teman-teman sejawat bahkan manajemen lebih tinggi.
Penentang kedua adalah Martyred Accomodator yang menggunakan
kepatuhan palsu. Mereka bekerja dan mampu bekerja sama tetapi juga sambil melakukan ejekan dan
hinaan, mereka mengeluh dan mengkritik untuk mendapat dukungan yang lain.
Yang ketiga adalah Avolder. penentang ini menghindarkan kesepakatan dan partisipasi. Mereka
tidak merespon terhadap manajer perawat. Apabila kondisi berubah maka mereka
menghindar untuk berpartisipasi.
2.4.2
Stres
Konflik menimbulkann stres, ketakutan,
kecemasan dan perubahan dalam hubungan profesional. Kondisi-kondisi ini dapat
berpotensial menimbulkan konflik. Stresor termasuk “mendapatkan tanggung jawab
sedikit, kurangnya partisipasi dalam membuat keputusan, kurangnya dukungan
manajerial, keharusan untuk meningkatkan standar penampilan dan penyesuaian
dengan perubahan tekhnologi yang cepat”. Biaya stres pada tahun 1973
diperkirakan 1 sampai 3 % dari GNP (gross
national product). Dan bisa saja angka tersebut meningkat setelah tahun
1973.
Kepenatan adalah hasil dari stres.
Manajer perawat merasa penat karena mencoba mempertahankan sistem pendukung
untuk memberi perawatan. Perawat klinis merasa penat karena mencoba untuk
memberikan asuhan keperawatan kualitas tinggi.
Konfrontasi, ketidak setujuan. Dan
kemarahan adalah bukti dari stres dan konflik. Stres dan konflik disebabkan
karena kurangnya hubungan yang dilakukan manusia, termasuk harapan-harapan yang
tidak terpenuhi.
Stres pada pasien dapat menimbulkan
penyakit ringan introgenik, komplikasi dan pelambatan pemuliahan. Hal ini dapat
ditimbulkan oleh depresi atau kecemasan. Dan staf yang stres tidak dapat
menghadapi pasien yang stres, dan ini dapat menimbulkan tidak efisien, ketidak
puasan kerja dan tidak mengacuhkan perawatan. Pada akhirnya staf terpancing
dalam konflik. Mereka juga dapat mengelami penyakit ringan iatrogenik seperti
pasien-pasien mereka. Keluarga pasien dapat menambah stres bila tidak ditangani
dengan baik, meningkatnya stres pada pasien dan staf menurunkan keefektifan
penggunaan waktu masalah-masalah ini meningkatnya biaya perawatan pasien,
meningkatnya rasa sakit dan menurunnya efisiensi dan efektivitas perawatan.
Dimasa yang akan datang pasien dapat pergi kemana saja untuk mendapatkan
perawatan, apakah inisiatif sendiri maupun atas rekomendasi dokter, keluarga,
teman atau kenalan.
2.4.3
Ruang
Apabila perawat harus bekerja dalam
ruangan yang sempit, mereka harus berinteraksi secara konstan dengan anggota
staf yang lain, pengunjung dan dokter-dokter. Terutama pada ruang/unit
perawatan intensif yang penuh sesak. Menimbulkan kepenatan dan pergantian.
2.4.4
Kewenangan Dokter
Dokter-dokter dilatih untuk berwenang
terhadap perawat. perawat masakini ingin menjadi lebih mandiri, mempunyai
tanggung jawab profesional, dan tanggung gugat untuk perawatan pasien. Mereka
banyak menggunakan waktu berada didekat pasien dari pada dokter, dan sering
kali mempunyai usulan yang valid dalam mengubah tindakan terapi. Para dokter
terkadang melalaikan usulan-usulan mereka, yang menunjukan mereka tidak
menginginkan umpan balik. Perawat menjadi marah bila harga diri mereka menurun.
Komunikasi gagal, terutama komunikasi dua arah.
2.4.5
Keyakinan, Nilai dan Sasaran
Aktifitas atau presepsi-presepsi yang
tidak cocok menimbulkan konflik. Hal ini terbukti apabila perawat mempunyai
keyakinan, nilai dan sasaran yang berbeda dengan manajer perawat, doter, pasien
pengunjung, keluarga, bagian administrasi, dan yang lainnya. Nilai-nilai
perawat dapat masuk kedalam konflik-konflik yang berhubungan dengan persoalan
secara etika yang termasuk perintah-perintah untuk tidak melakukan resusitasi,
pernyataan-pernyataan yang tidak manusiawi, aborsi, adiksi, AIDS, dan
masalah-masalah lainnya. Sasaran pribadi sering kali konflik dengan sasaran
organisasi, terutama yang berhubungan dengan pengaturan staf, pengaturan
jadwal, dan suasana kerja.
Perawat yang harus melanggar standar
pribadinya akan melawan sistem. Hal ini dapat merendahkan mereka dan
menyebabkan hilangnya harga diri dan stres emosional. Mereka harus mengetahui
bahwa keyakinan mereka, nilai-nilai dan sasaran pribadinya di hargai. Seperti
orang lain, perawat bertindak untuk melindungi citra diri atau umum dirinya
bila ditekan atau di serang. Respon mereka sesuai dengan harapan orang lain
terhadap mereka, sebagai mana mereka ingin disetujui. Mereka akan
mempertahankan hak-hak dan pertimbangan profesionalnya. Egonya mudah terluka
dan menjadi masalah besar dalam konflik. Pertahanan menjadi lebih panas bila
salah satu atau kedua bagian konflik tidak di informasikan atau dimanipulasi.
Bila perawat tidak dikenal atau dihargai mereka merasa tidak berdaya bila
mereka tidak mampu mengontrol situasi.
2.5
Proses Konfllik
Proses
konflik dibagi menjadi beberapa tahapan antara lain :
2.5.1
Konflik Laten
Tahapan konflik yang terjadi terus
menerus (laten) dalam suatu organisasi. Misalnya, kondisi tentang keterbataan
staf dan perubahan yang cepat. Kondisi tersebut memicu pada ketidak stabilan
suatu organisasi dan kualitas produksi, meskipun konflik yang ada kadang tidak
tampak secara nyata atau tidak pernah terjadi.
2.5.2
Konflik yang dirasakan ( felt konflik)
Konflik yang terjadi karena adanya suatu
yang dirasakan sebagai ancaman, ketakutan, tidak percaya, dan marah. Konflik
ini disebut juga sebagai konflik “affectives”.
Hal ini penting bagi seseorang untuk menerima konflik dan tidak merasakan
konflik tersebut sebagai suatu maslah/ancaman terhadap keberadaannya.
2.5.3
Konflik yang nampak / sengaja ditimbulkan
Konflik yang sengaja dimunculkan untuk
mencari solusi. Tindakan yang dilaksanakan mungkin menghindar, kompetisi, debat
atau mencari penyelesaian konflik. Setiap orang tidak sadar belajar menggunakan
kompetisi, kekuatan dan agresivitas dalam menyelesaikan konflik dalam
perkembangannya. Sedangkan penyelesaian konflik dalam suatu organisasi,
memerlukan suatu upaya dan strategi untuk mencapai tujuan organisasi.
2.5.4
Resolusi konflik
Resolusi konflik adalah suatu
penyelesaian masalah dengan cara memuaskan semua orang yang terlibat di
dalamnya dengan prinsip “win-win
solution” .
2.5.5
Konflik “Aftermatch”
Konflik yang terjadi akibat dari tidak
terselesaikannya konflik yang pertama. Konflik ini akan menjadi masalah besar
kalau tidak segera diatasi atau dikurangi penyebab dari konflik yang sama.
Gambar
. Diagram proses konflik (Marquis &
Huston, 1998: 314)
2.6
Penyelesaian Konflik
2.6.1 Langkah-langkah
Vestal (1994)
menjabarkan langkah-langkah menyelesaikan
suatu konflik meliputi :
1. Pengkajian
a. Analisa situasi
identifikasi
jenis konflik untuk menentukan waktu yang diperlukan. Setelah fakta dan
memvalidasi semua perkiraan melalui pengkajian lebih mendalam. Kemudian siapa
yang terlihat dan peran masing-masing. Tentukan jika situasinya bisa berubah.
b.
Analissa dan mematikan isu yang berkembang
jelaskan
masalah dan prioritas fenomena yang terjadi. Tentukan masalah utama yang
memerlukan suatu penyelesaian dimulai dari masalah tersebut. Hindari
penyelesaian semua masalah dalam satu waktu.
c.
Menyusun tujuan
Jelaskan
tujuan spesifik yang akan dicapai.
2.
Identifikasi
a.
Mengelola perasaan
hindari
suatu respon emosional : marah, dimana setiap orang mempunyai respon yang
berbeda terhadap kata-kata, ekspresi dan tindakan.
3.
Intervensi
a.
Masuk pada konflik
Diyakini
dapat diselesaikan dengan baik.
Identifikasi
hasil yang positif yang akan terjadi.
f.
Menyeleksi metode dalam menyelesaikan konflik
Penyelesaian
konflik memerlukan strategi yang berbeda-beda. Seleksi metode yang paling
sesuai untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.
2.6.2
Strategi Penyelesaian Konflik
Strategi penyelesaian konflik dapat dibedakan
menjadi 6 :
1. Kompromi atau Negosiasi
Suatu
srtategi penyelesaian konflik dimana semua yang terlibat saling menyadari dan
sepakat tentang keinginan bersama. Penyelesaian seperti ini sering diartikan
sebagai “lose-lose situation” kedua
unsur yang terlibat menyerah dan menyepakati hal yang telah dibuat. Didalam
manajemen keperawatan strategi ini sering digunakan oleh midle – dan top manajer
keperawatan.
2.
Kompetisi
Strategi
ini dapat diartikan sebagai “win-lose” penyelesaian
konflik. Penyelesaian ini menekankan bahwa hanya ada satu orang atau kelompok
yang menang tanpa mempertimbangkan yang kalah. Akibat negatif dari strategi ini
adalah kemarahan, putus asa dan keinginan untuk perbaikan da masa mendatang.
3.
Akomodasi
Istilah
yang lain sering digunakan adalah ”cooprative”.
Konflik ini berlawanan dengan kompetisi. Pada strategi ini seseorang berusaha
mengakomodasi permasalahan-permasalahan dan memberi kesempatan orang lain untuk
menang. Masalah utama pada strategi sebenarnya tidak terselesaikan. Strategi
ini biasanya sering digunakan dalam suatu politik untuk suatu kekuasaan dengan
berbagai konsekwensinya.
4.
Smoothing
Penyelesaian konflik dengan mengurangi
komponen emosional dalam konflik. Pada strategi ini individu yang terlibat
dalam konflik berupaya mencapai kebersamaan dari pada perbedaan dengan penuh
kesadaran dan introspeksi diri. Strategi ini bisa ditetapkan pada konflik yang
ringan, tetapi untuk konflik yang besar misalnya persaingan pelayanan/hasil
produksi dan tidak dapat dipergunakan.
5.
Menghindar
Semua
yang terlibat dalam konflik, pada strategi ini menyadari tentang masalah yang
dihadapi tetapi memilih untuk menghindar atau tidak menyelesaikan masalahnya.
Strategi ini dipilih bila ketidaksepakatan adalah membahayakan kedua
pihak,biaya penyelesaian lebih besar dari pada menghindar, atau maslah perlu
orang ketiga dalam menyelesaikannya atau jika masalah dapat terselesaikan
dengan sendirinya.
6.
Kolaborasi
Strategi
ini merupakan strategi “win-win solution”
pada koloaborasi kedua unsur terlibat menentukan tujuan bersama dan bekerja
sama dalam mencapai suatu tujuan. Karena keduanya meyakini akan mencapai suatu
tujuan yang telah ditetapkan, masing-masing meyakininya. Strategi kolaborasi
tidak akan berjalan jika kompetisi insentif sebagai bagian dari situasi
tersebut, kelompok yang terlibat tidak memiliki kemampuandalam menyelesaikan
masalah dan tidak adanya kepercayaan dari kedua kelompok / seorangan (Bowditch & Buono, 1994).
2.7
Hasil Manajemen Konflik
Apabila
perhatian diberikan terhadap peranan manajer perawat dalam meningkatkan suasana
kerja perawat yang produktif, banyak kasus-kasus konflik yang dapat di
selesaikan. Pengetahuan dan keterampilan manajer konflik yang terjadi adalah
peran yang aktif dari manajer perawat.
Zamke
menunjukan bahwa stres dan tekanan didalam merupakan perangsang. Yang membuat
nanajer lebih positif, lebih hati-hati dan pedulli terhadap karyawannya. Dalam
surveinya, ia menemukan bahwa dalam penurunan memotivasi kinerja yang baik,
memperbaiki keluaran, dan menghilangkan pekerjaann yang tidak produktif yang
dapat menimbulkan masalah moral dan konflik. Dengan perubahan sistem pembayaran
kembali dirumah sakit, manajer perawat akan dihadapkan pada stres, tekanan
kerja, penurunan hasil kerja.
Konflik
dapat menjadi sumber energi dan kreatifitas yang positif dan membangun bila
dikelola dengan baik. Jika tidak, konflik akan mengganggu fungsi, dan
menghancurkan, menghabiskan energi serta mengurangi keefektifan organisasi dan
pribadi.
Konflik
dapat menghancurkan inisiatif atau kreatifitas, menyebabkan perilaku bermusuhan
dan kekacauan, hilangnya semangat tim dan hilangnya keinginan untuk bekerja
kearah pencapaian tujuan bersama, mengakibatkan jalan buntu dan kemacetan.
Kelola konflik jangan sampai meluas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi dapat disimpukan bahwa hubungan kerja perawat dan personel
yang lain, pasien dan keluarga dapat menimbulkan potensial konflik. Dalam hal
ini manajer perawat harus menguasai bagaimana mengelola konflik.
Penyebab-penyebab konflik termasuk perilaku menentang, stres, ruang yang penuh
sesak, kewenangan dokter, serta ketidak cocokan nilai dan sasaran.
Konflik dapat dicegah atau diatasi dengan disiplin,
mempertimbangkan tahap kehidupan, komunikasi termasuk mendengarkan secara
aktif, penggunaan lingkaran kualitas, dan ketetapan tentang latihan asertif
bagi manajer perawat.
Tujuan dari manajemen konflik termasuk memperluas tentang masalah,
meningkatkan alternatif pemecahan, dan mencapai kesepakatan dalam keputusan
yang dapat dilaksanakan serta keikhlasan terhadap keputusan yang dibuat. Strategi
khusus termasuk menghindar, akomodasi, kompetisi, kompromi, dan kerja sama.
Selain itu manajer perawat dapat mempelajari dan menggunakan keterampilan
khusus untuk mencegah dan mengelola konflik.
Manajemen konflik menjaga meluasnya konflik, membuat kerja lebih
produktif, dan dapat membuat konflik sebagai suatu kekuatan yang positif dan
membangun.
Terimah kasih sangat membantu
BalasHapusTetapi harus dan tolong cantumkan daftar pustaka biar jelas
CasinoDaddy.com | DrmCD
BalasHapusNo 여주 출장안마 Deposit Bonus 문경 출장안마 | Deposit Casino Bonus 대구광역 출장안마 Best Casino Bonus Codes, Codes and Free 공주 출장샵 Spins - 보령 출장샵 Play now. Start Playing Today! Rating: 4.3 · 9 reviews
Casino.com Archives - ScoopGo
BalasHapusCasino.com Archives - ScoopGo.com's collection 스트립 포커 of online air jordan 18 stockx super casino and sports betting tips, jordan 18 white royal blue order casino games, video slots, live make air jordan 18 retro red suede dealer games and more! air jordan 18 retro racer blue cheap